Unisba Angkat Tema “Hijrah Menuju Lingkungan Bersih” dalam Seminar Nasional, Soroti Sinergi Islam dan Kebijakan Publik Atasi Masalah Sampah

SALAMMADANI.COM – Universitas Islam Bandung (Unisba), melalui Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (Puskaji) LPPM, menggelar Seminar Nasional bertajuk “Hijrah Menuju Lingkungan Bersih: Sinergi Nilai Islam dan Kebijakan Publik dalam Pengelolaan Sampah”. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid—menggabungkan pertemuan langsung di Aula Unisba dan virtual melalui Zoom.
Acara ini menjadi wujud kontribusi akademik dalam menyikapi krisis sampah yang kian pelik di wilayah perkotaan, khususnya Kota Bandung. Sampah bukan sekadar tumpukan limbah, tetapi ancaman bagi kesehatan, keindahan kota, dan kelestarian lingkungan. Melalui lensa Islam, hijrah dipahami bukan hanya perpindahan tempat, melainkan transformasi menuju kehidupan yang lebih baik, termasuk dalam hal kepedulian ekologis.
Seminar ini juga menjadi bagian dari peringatan Milad ke-67 Unisba dan ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) bersama Pemerintah Kota Bandung. Kesepakatan ini memperkuat sinergi antara akademisi dan pemerintah dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, utamanya dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah.
Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., menyampaikan bahwa kehadiran Wali Kota Bandung bukan hanya silaturahmi biasa, tetapi momen penting mempererat kemitraan strategis antarlembaga. Ia menekankan bahwa Unisba sebagai kampus Islam memiliki tanggung jawab besar dalam menjawab tantangan sosial. Kampus, katanya, tidak boleh hanya menjadi “menara gading” yang jauh dari realitas masyarakat.
Mengutip pesan pendiri Unisba, KH. E.Z. Muttaqien, Rektor menyatakan bahwa kampus harus menjadi “ragi” bagi masyarakat: menyatu, aktif, dan relevan dalam menghadapi isu publik. Dalam konteks ini, persoalan sampah bukan hanya teknis, tapi juga sarat nilai sosial, budaya, dan spiritual. Islam sendiri menjunjung tinggi kebersihan sebagai bagian dari iman dan peradaban.
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, S.E., memberikan apresiasi atas kontribusi Unisba dalam mengharmonikan nilai-nilai keislaman dengan keilmuan dan inovasi. Ia menyebut kolaborasi ini sangat vital, karena pengelolaan sampah bukan hanya urusan teknis, melainkan juga problem sosial yang kompleks.
Farhan menyatakan keyakinannya bahwa Unisba mampu menyumbangkan solusi berbasis ilmu, teknologi, dan nilai. MoU yang diteken, menurutnya, meliputi penguatan pendidikan, riset, dan pengabdian yang aplikatif. Ia menyebut gerakan pengelolaan sampah sebagai bentuk “dakwah lingkungan” yang bertujuan membangun solusi nyata, bukan sensasi semata. Ia juga menyoroti pentingnya peran akademisi yang bisa menelaah persoalan secara objektif, jauh dari pengaruh politik.
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara utama: Prof. Dr. Ina Helena Agustina, M.T. (dosen Fakultas Teknik Unisba dan pegiat food waste), Darto, A.P., M.M. (Kepala DLH Kota Bandung), dan Prof. Dr. Deni K. Yusup, M.A. (pakar fikih lingkungan). Mereka membedah isu sampah dari aspek kebijakan publik, maqashid syariah, hingga teknologi inovatif.
Ina Helena mengulas inovasi pengolahan food waste yang tengah dikembangkan Unisba melalui kolaborasi lintas fakultas. Ia mengungkapkan bahwa 45% sampah di Bandung adalah sisa makanan, yang selama ini dikelola secara konvensional dan berisiko tinggi terhadap lingkungan. Sebagai solusi, Unisba menciptakan model pengolahan limbah makanan menjadi pakan ikan dan unggas, hasil kerja sama dengan lima Rumah Makan Ampera.
Model ini melibatkan partisipasi masyarakat, mahasiswa, dan komunitas lokal, serta menghadirkan konsep laboratorium edukatif di TPS. Tak hanya itu, ia mengenalkan teknologi insinerator plasma dingin—alat pemusnah sampah ramah lingkungan yang bebas emisi dan tidak memerlukan bahan bakar tambahan. Teknologi ini sedang dalam proses paten di DJKI dengan nomor S00202503097.
Semua inisiatif tersebut mengarah pada visi besar Unisba sebagai kampus bebas karbon, melalui pemanfaatan energi terbarukan, edukasi publik, dan insentif pengelolaan sampah rumah tangga.
Darto dari DLH Kota Bandung menyampaikan fakta bahwa Bandung memproduksi sekitar 1.496 ton sampah setiap hari. Setelah insiden kebakaran di TPA Sarimukti pada Agustus 2023, pengelolaan sampah menjadi lebih menantang. Melalui program Kang Pisman, pembangunan TPST, penguatan bank sampah, dan penciptaan 481 Kawasan Bebas Sampah, Pemkot Bandung terus berupaya mengurangi beban lingkungan. Namun, 365 ton sampah per hari masih belum tertangani, sehingga kolaborasi multipihak menjadi kebutuhan mendesak.
Prof. Deni K. Yusup menambahkan bahwa krisis lingkungan tidak dapat ditanggulangi hanya dengan pendekatan teknokratis. Ia menawarkan konsep “Hijrah Lingkungan”—sebuah perubahan cara pandang dan perilaku menuju kepedulian ekologis yang berpijak pada nilai-nilai Islam. Islam, katanya, mengajarkan menjaga kebersihan dan melarang perusakan alam, yang bisa menjadi fondasi gerakan masyarakat menuju lingkungan lestari.
Melalui seminar ini, Unisba mengajak semua pihak untuk bersama-sama melakukan hijrah—bukan hanya secara spiritual, tapi juga ekologis—menuju kehidupan kota yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.