Unisba Selenggarakan Seminar Penyegaran, Siapkan Dosen Wali Hadapi Karakter Gen Z

SALAMMADANI.COM – Menjadi dosen wali di era generasi Z bukan lagi sekadar urusan administrasi akademik. Tantangannya kini jauh lebih kompleks karena mahasiswa Gen Z hadir dengan kepribadian khas: lahir di era digital, berpikir cepat, dan lebih terbuka terhadap isu-isu emosional.
Memahami kompleksitas peran tersebut, Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar Seminar Refreshment Dosen Wali bertema “Wondering Gen Z: Bagaimana Menjadi Dosen yang Relate dengan Mahasiswa Gen Z” pada Senin (26/5) di Student Center Unisba. Kegiatan ini menghadirkan Dr. Muhammad Iqbal, Ph.D., seorang psikolog sekaligus Associate Professor dari Universitas Paramadina, sebagai narasumber utama.
Acara ini diikuti sekitar 100 dosen dari berbagai fakultas yang hadir secara langsung, sebagai bentuk komitmen Unisba untuk membekali para dosen wali agar lebih adaptif dalam membangun hubungan bermakna dengan mahasiswa zaman sekarang.
Dalam pemaparannya, Dr. Iqbal menyampaikan bahwa Gen Z memiliki pola pikir yang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Mengutip hasil riset Gallup tahun 2016, ia menjelaskan bahwa mahasiswa Gen Z lebih tertarik mengembangkan potensi diri daripada sekadar membenahi kekurangan.
“Gen Z tidak menyukai basa-basi. Mereka lebih mudah memahami pesan yang lugas, singkat, dan jelas. Mereka juga ingin tahu alasan di balik setiap instruksi, bukan sekadar patuh karena status dosennya,” ujar Dr. Iqbal.
Ia juga menekankan bahwa generasi ini sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan, serta cenderung menolak komunikasi yang berbau ‘toxic’. Maka, pendekatan dosen wali harus lebih kontekstual, mulai dari cara berkomunikasi hingga memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp sebagai sarana interaksi yang lebih dekat dengan dunia mereka.
Sementara itu, Wakil Rektor III Unisba, Dr. Amrullah Hayatudin, SHI., M.Ag., dalam sambutannya menyatakan bahwa dosen wali adalah garda terdepan dalam mendampingi mahasiswa selama menjalani proses perkuliahan.
“Pendampingan dosen wali harus mengikuti ritme dan bahasa mahasiswa masa kini. Mereka terlahir untuk zaman yang berbeda, sehingga kita pun harus mengubah pendekatan kita,” tuturnya. Ia mengutip pesan bijak yang sering dikaitkan dengan Imam Ali atau Socrates: “Jangan paksa anak-anakmu berjalan di jalanmu, karena mereka hidup di zaman yang berbeda.”
Dr. Amrullah juga menegaskan bahwa keberhasilan mahasiswa tak cukup diukur dari prestasi akademik semata. Etika, moral, dan spiritual juga menjadi indikator utama. “Unisba ingin mencetak lulusan yang berakhlak mulia, berjiwa pejuang, berpikir kritis, dan mampu membawa perubahan. Maka, peran dosen wali harus menyentuh aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam,” pungkasnya.(gifa/png)