Berita

Mahasiswa Unisba Jadi Relawan di Ajang Pramuka Internasional Asia Pasifik

SALAMMADANI.COM – Kota Bandung kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah dipercaya menjadi tuan rumah The 17th ISGF-AISG Asia Pacific Region Gathering 2025, sebuah ajang pertemuan pramuka internasional yang digelar pada 11–15 September 2025. Kegiatan bergengsi ini berhasil menghimpun lebih dari 200 delegasi dari 18 negara dan menghadirkan suasana persaudaraan lintas bangsa di jantung Jawa Barat.

Dalam perhelatan tersebut, dua mahasiswa Universitas Islam Bandung (Unisba) angkatan 2023 turut mengharumkan nama kampusnya sebagai volunteer. Mereka adalah Tamara Nabila Putri, mahasiswa Program Studi Farmasi FMIPA, serta Daffa Sumarlan, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi. Kehadiran keduanya menjadi wujud kontribusi generasi muda Indonesia dalam diplomasi budaya melalui gerakan pramuka.

Ajang ini berada di bawah naungan International Scout and Guide Fellowship (ISGF) dan Amitié Internationale Scoute et Guide (AISG), organisasi pramuka tingkat dunia yang mewadahi anggota senior. Di Indonesia, kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada), Kwartir Nasional (Kwarnas), serta Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Bandung.

See also  Unisba Angkat Isu Langka di Seminar Internasional: Sinergi Logistik dan SDM untuk Kesehatan

Keterlibatan Tamara dan Daffa berawal dari informasi yang dibagikan Dr. Nety Kurniaty, S.Si., M.Sc., dosen Farmasi sekaligus pembina pramuka Unisba. Beliau tak hanya menyampaikan kabar perekrutan volunteer, tetapi juga memberikan dukungan mulai dari perlengkapan hingga proses administrasi.

Bagi Tamara, kesempatan ini menjadi titik balik kecintaannya pada pramuka. “Terakhir saya aktif pramuka itu saat SMA, lalu sempat vakum. Tapi di Unisba, melalui kegiatan ELC (English Learners Community), rasa itu muncul lagi. Apalagi sering ada aktivitas alam bersama Bu Nety, dari situlah saya mantap kembali terjun,” kisahnya.

Meski berhalangan hadir ketika seleksi, Tamara tetap memberanikan diri mengirimkan CV dan berkas pendaftaran. Keberanian serta kemampuannya berbahasa Inggris membawanya lolos seleksi. Bahkan, ia dipercaya menjadi MC di berbagai acara penting, mulai dari kegiatan resmi di Pendopo Kota Bandung bersama kepala daerah, pertunjukan seni budaya, hingga acara mendadak di Saung Angklung Udjo maupun Taman Pramuka. “Sering kali rundown berubah hanya 10 menit sebelum acara, jadi saya harus bisa cepat menyesuaikan diri,” ujarnya.

See also  IWAPI Jabar Gelar Rakerda II dan Pameran Produk UMKM 2023

Tak hanya itu, Tamara juga didapuk sebagai pemandu tur Bandung City Tour untuk delegasi dari Libya, Taiwan, Australia, dan Inggris. Ia sempat mengalami benturan jadwal dengan kegiatan kampus, namun berkat diskusi bersama dosen pembina, akhirnya ia bisa berpartisipasi penuh. Salah satu tantangan terberat baginya adalah saat harus menjemput puluhan delegasi di bandara sejak dini hari. Dengan keterbatasan panitia yang kurang fasih berbahasa Inggris, Tamara mengambil peran sebagai koordinator bagi 30 peserta sekaligus.

“Memang melelahkan, bahkan saya sempat sakit di hari terakhir. Tapi pengalaman empat hari bersama para pramuka senior di Ciater memberi banyak pelajaran, terutama tentang kesabaran dan cara menghargai orang-orang yang penuh kehangatan,” ungkap Tamara.

Sementara itu, Daffa mengaku lebih percaya diri setelah menjalani pengalaman ini. Menurutnya, kesempatan berinteraksi dengan tamu mancanegara membuatnya semakin terbiasa menghadapi perbedaan budaya. Tantangan terbesar justru muncul ketika ia dan Tamara menjadi MC dalam Welcome Dinner, di mana banyak perubahan teknis mendadak. “Awalnya cukup sulit, tapi Alhamdulillah acara berjalan lancar,” tuturnya.

See also  Menag dan Dubes Arab Saudi Bertemu

Di luar tugas sebagai MC, Daffa aktif menjadi Guide sekaligus Helper, terutama karena mayoritas peserta berusia lanjut dan membutuhkan bantuan ekstra. “Tugas utama kami mendampingi mereka. Peran MC hanya tambahan,” jelasnya.

Kesibukan sebagai volunteer tidak membuat Daffa melupakan tanggung jawab akademik. Ia tetap aktif di berbagai organisasi kampus, seperti UGIS (Unisba Global Inspired Society), pramuka, hingga baru-baru ini lolos seleksi Google Student Ambassador (GSA) mewakili Unisba. Rahasianya dalam mengatur waktu adalah dengan membuat skala prioritas dan mengelompokkan kegiatan sesuai urgensi.

Baik Tamara maupun Daffa sama-sama aktif di organisasi mahasiswa dan terus menunjukkan dedikasi mereka di dalam maupun luar kampus. Kehadiran keduanya di ajang internasional ini menjadi bukti nyata kontribusi mahasiswa Unisba dalam membangun persaudaraan global melalui pramuka, sekaligus memperkenalkan keramahan Kota Bandung ke panggung dunia.(gifa/png)

Show More

Related Articles

Back to top button