Muawia YI Alzamli, Mahasiswa Gaza yang Menyulam Harapan Baru di Unisba

DI tengah gejolak konflik yang belum mereda di tanah kelahirannya, Muawia Y.I. Alzamli, pemuda asal Gaza, Palestina, kini memulai perjalanan baru sebagai mahasiswa Universitas Islam Bandung (Unisba). Kehadirannya bukan sekadar catatan akademik, tetapi juga simbol ketabahan dan harapan yang tumbuh dari situasi penuh keterbatasan.
Muawia berasal dari keluarga yang lekat dengan dunia pendidikan. Ayahnya pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Al-Aqsa, salah satu perguruan tinggi terbesar di Jalur Gaza, sebelum kampus itu hancur akibat serangan Israel. “Saya dari Palestina, keluarga saya tinggal di Gaza. Pada 24 April 2025, rumah kami diserang; tiga anak dari saudara laki-laki saya gugur syahid, ayah saya terluka. Peristiwa itu membuat saya sangat sedih dan tertekan, namun saya hanya bisa berkata Hasbunallahu wa ni‘mal wakil,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. Meski dihantui duka, ia tetap menyimpan doa dan harapan agar keluarganya dapat keluar dari Gaza dengan selamat, bahkan kelak bisa menyusulnya ke Indonesia.
Semangat belajarnya didorong oleh keinginan untuk memperdalam ilmu pengetahuan sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat. Indonesia ia pilih karena dikenal ramah, memiliki biaya hidup serta kuliah yang terjangkau, dan kualitas pendidikan Islam yang baik. “Bandung sangat nyaman untuk belajar, dan Unisba memiliki reputasi yang bagus di bidangnya,” ujarnya.
Di Unisba, Muawia memilih Program Studi Perbankan Syariah di Fakultas Syariah, sesuai minatnya sekaligus relevan dengan prospek karier masa depan. Ia pun beruntung mendapatkan beasiswa penuh dari kampus. Sebelumnya, ia sempat berkuliah di jurusan perbankan Universitas Al-Aqsa Gaza, namun perang memaksanya mencari jalur baru demi keberlangsungan pendidikannya.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, sambutan hangat dari dosen dan mahasiswa membuatnya cepat merasa diterima. Tantangan terbesarnya adalah bahasa. Namun, ia berusaha keras belajar bahasa Indonesia setiap hari dengan bantuan kamus digital, bertanya pada teman, serta serius mengikuti perkuliahan. “Bahasa Indonesia cukup sulit, ditambah sistem pembelajaran di sini berbeda. Tapi insyaAllah saya berusaha keras untuk menguasainya,” ucapnya.
Muawia menargetkan lulus tepat waktu dalam empat tahun dengan IPK di atas 3,5. Ia juga berencana aktif di organisasi mahasiswa agar bisa memperluas jaringan pertemanan sekaligus melatih keterampilan sosial. Bahkan, ia bercita-cita menjadi wajah kampus di ruang publik. Salah satu pengalaman paling berharga baginya sejauh ini adalah berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai negara, yang menurutnya memperluas wawasan serta memberi pengalaman berkesan.
Selepas S1, ia berkeinginan melanjutkan pendidikan hingga jenjang S2 dan S3 di Unisba. Ia menegaskan belum ingin masuk dunia kerja sebelum tuntas menempuh pendidikan tinggi. Tekad terbesarnya adalah kembali ke Palestina untuk ikut membangun masyarakat, terutama melalui bidang pendidikan. Namun, jika ada peluang baik di Indonesia, ia juga siap menetap lebih lama di negeri ini.
Dengan semangat yang tak pernah padam, Muawia Y.I. Alzamli hadir bukan hanya sebagai mahasiswa baru Unisba tahun 2025, melainkan juga sosok pemuda Gaza yang membawa pesan harapan, keberanian, dan perjuangan dalam menyalakan cita-cita, meski jauh dari tanah kelahirannya.(sani/png)