Unisba Hadirkan Teknologi Granulator Terpadu untuk Tingkatkan Mutu Pupuk Organik
SALAMMADANI.COM – Sampah organik masih menjadi tantangan besar di banyak wilayah. Kapasitas pengolahan yang minim tidak mampu mengimbangi volume sampah yang terus menanjak. Saat ini, jenis sampah organik—mulai dari sisa makanan hingga limbah taman—menyumbang sekitar 50 persen dari total timbulan sampah. Jika tidak dikelola dengan baik, penumpukan sampah ini berpotensi mencemari lingkungan dan menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) berupa metana.
Ketua Tim Riset Universitas Islam Bandung (Unisba), Dr. Ir. Mohammad Satori, S.T., M.T., IPU, menyampaikan bahwa sampah organik sebenarnya menyimpan potensi besar sebagai sumber daya terbarukan.
“Selama ini masyarakat sudah mengolah sampah organik menjadi kompos, tetapi kandungan nutrisinya belum dapat menyaingi pupuk organik,” jelasnya.
Ia menuturkan bahwa melalui pemanfaatan teknologi granulator, kompos yang telah diperkaya nutrisi tertentu dapat diproses lebih lanjut menjadi granul organik dengan mutu setara pupuk organik komersial.
Penelitian ini merupakan bagian dari program Hilirisasi Riset Prioritas dan Strategis (SINERGI) 2025 yang mendapat dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Program tersebut mendorong penguatan kolaborasi antara perguruan tinggi dan para mitra agar hasil riset dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Tim riset Unisba yang dipimpin Satori melibatkan kolaborasi lintas disiplin antara dosen dan mahasiswa, di antaranya Prof. Dr. Atih Rohaeti Dariah, S.E., M.Si.; Chaznini R. Muhammad, Ir., M.T.; Anis Septiani, S.T., M.T.; Intan Nurrachmi, S.H.I., M.E.Sy.; Dr. Rahma Dewi, S.T., MIL; Muhammad Rizki Maulana; Riyadh Athif Syauqi; dan Amelia Fadlunnisa. Penelitian ini juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat dan berlokasi di TPS 3R Saung Bersih, Kompleks Perkantoran Kabupaten Bandung Barat.
Satori menjelaskan bahwa penelitian ini fokus pada pengembangan sistem produksi granul organik berbasis teknologi granulator terintegrasi. Sistem tersebut menggabungkan screw conveyor, mixer, peletizer, dan granulator dalam satu rangkaian mesin yang saling terhubung.
“Mesin ini kami kembangkan melalui metode reverse engineering dengan mempelajari teknologi sebelumnya, kemudian meningkatkan produktivitas dan konsistensi hasilnya,” terangnya.
Hasil uji coba menunjukkan mesin tersebut mampu menghasilkan granul dengan ukuran lebih seragam dibandingkan teknologi terdahulu. Setelah melalui pengujian laboratorium, granul organik yang dihasilkan dinyatakan memenuhi standar SNI No. 7763:2024.
Satori menekankan bahwa inovasi ini memiliki nilai strategis bagi sektor pangan. “Karena kualitasnya sudah sesuai standar, teknologi ini dapat membantu memperkuat ketahanan pangan nasional sebagaimana Asta Cita Pemerintah,” ujarnya.
Riset ini diharapkan menjadi langkah signifikan dalam pengelolaan sampah organik sekaligus mendorong pertanian berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna. (eva/png)



