Berita

Kajian Spiritual dan Dzikir Bersama Syaikh Muhammad Rojab Dieb di Ponpes Baitul Hidayah Bandung

SALAMMADANI.COM – Pondok Pesantren Baitul Hidayah menggelar agenda spiritual istimewa berupa Kajian dan Dzikir Bersama ulama terkemuka asal Suriah, Syaikh Muhammad Rojab Dieb dan Syaikh Umar Muhammad Dieb. Acara ini dihadiri oleh ratusan santri, jajaran asatid, wali santri, serta masyarakat sekitar yang memadati area pesantren  antusias, Selasa (22/12).

Kegiatan yang sedianya dimulai pukul 14.00 WIB ini berlangsung khidmat selepas salat Asar. Suasana semakin syahdu saat Syaikh Umar Muhammad Dieb bertindak langsung sebagai imam salat Asar berjamaah, memberikan momentum spiritual yang mendalam bagi seluruh jemaah sebelum kajian dimulai.

Acara dibuka oleh Al-Ustadz Farhan Abdillah Fasya selaku pembawa acara, diikuti lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Al-Ustadz Zaki Aldiansyah. Dalam sambutannya, Pimpinan Pondok Pesantren Baitul Hidayah, KH. Iwan Shofyan Andi, M.Si., menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas kehadiran Syaikh Muhammad Rojab Dieb yang kesekian kalinya.

“Baitul Hidayah adalah rumah bagi beliau. Setiap kali berkunjung ke Indonesia, tempat ini menjadi persinggahan wajib. Insya Allah, pada Ramadan mendatang, kita akan kembali menjamu Syaikh Umar Muhammad Dieb di sini,” ujar Iwan Shofyan.

See also  PKM Fikom dan FTK Unisba Bekali Guru Kecederdasan Digital

Koreksi Adab dan Kebeningan Hati

Syaikh Muhammad Rojab Dieb mengawali nasihatnya dengan memberikan koreksi lembut terhadap penggunaan bahasa Arab dalam protokoler acara. Dia menjelaskan bahwa pengucapan wa ba’du (وبعد) lebih tepat diucapkan tanpa harakat akhir (wa ba’d) sesuai kebiasaan orang Arab. Dia juga menekankan pentingnya ketenangan dalam majelis ilmu, mengibaratkan adab para sahabat Nabi SAW, “Seakan-akan di atas kepala mereka terdapat burung (karena saking tenang dan khidmatnya).”

Terkait kesucian jiwa, Syaikh menekankan bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

(QS. Al-Baqarah: 222)

Syekh mengingatkan bahwa keselamatan manusia di akhirat bergantung pada hati yang bersih dari keterikatan duniawi:

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(QS. Asy-Syu’ara: 89)

“Bersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah (thohhir qulubana minal aghyar). Hati manusia bisa berkarat layaknya besi, dan tidak ada obat penawar karat tersebut kecuali dengan dzikir dan membaca Al-Qur’an,” tegas Syaikh.

See also  Sebanyak 203.088 Jemaah Reguler Lunasi Biaya Haji 1446 H

Hakikat Zikir dan Kebersihan Lingkungan

Pada sesi pendalaman materi, Syaikh menjelaskan perbedaan antara dzikir dan tasbih. Dia merujuk pada perintah Allah untuk berdzikir sebanyak-banyaknya:

(QS. Al-Ahzab: 41)  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Serta perintah untuk fokus beribadah secara totalitas:

(QS. Al-Muzzammil: 8) وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا

Dia uga memberikan ijazah dzikir kepada KH. Iwan Shofyan dan para jemaah, yakni metode dzikir yang dipadukan dengan pernapasan sambil menghayati kalimat:

إِلَهِي أَنْتَ مَقْصُودِي وَرِضَاكَ مَطْلُوبِي

(Tuhanku, Engkaulah tujuanku dan rida-Mulah yang kucari).

Selain aspek batin, Syaikh memberikan porsi besar pada pembahasan kebersihan fisik. Dia mengingatkan bahwa kebersihan pesantren—mulai dari tempat tidur, ruang makan, hingga toilet—adalah cerminan iman. Menyingkirkan duri atau kotoran di jalan adalah sedekah, sementara membiarkan kotoran, termasuk cicak (saam abrash), harus dihindari karena alasan kesehatan medis. Sebelum tidur, beliau menganjurkan membaca:

(HR. Muslim) أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Sesi Tanya Jawab: Guru vs Internet

See also  Musik Jadi Medium Diplomasi: Koki Ota dan Lukman Rola Satukan Indonesia–Jepang

Menjawab pertanyaan santri mengenai fenomena belajar agama hanya melalui internet, Syaikh menegaskan bahwa internet hanyalah alat. “Internet memberikan informasi tetapi tidak bisa memberikan ‘suasana batin’ dan keberkahan ilmu. Seseorang tidak bisa menjadi dokter hanya dengan membaca internet, apalagi dalam ilmu syariat. Jika internet saja cukup, Nabi tidak perlu belajar kepada Malaikat Jibril,” jelasnya .

Syekh mengutip perkataan Sayyidina Ali RA: (Seandainya bukan karena guruku, niscaya aku tidak akan mengenal Tuhanku)  لَوْلَا الْمُرَبِّي مَا عَرَفْتُ رَبِّي

Sebagai penutup, dia  berpesan agar para santri menjaga integritas ibadah, baik saat di pondok maupun di rumah. Mengutip bait syair dari Matan Az-Zubad karya Ibnu Ruslan:

وَعَالِمٌ بِعِلْمِهِ لَمْ يَعْمَلَنْ ۞ مُعَذَّبٌ مِنْ قَبْلِ عُبَّادِ الْوَثَنِ

(Seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, akan diazab sebelum para penyembah berhala).

Acara diakhiri dengan pesan penguatan agar setiap amal dikerjakan dengan penuh kesadaran bahwa Allah Maha Melihat:

(QS. At-Taubah: 105) اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

(askur/png)

Show More

Related Articles

Back to top button