Opini

Berbagai Pendustaan Kebenaran

Oleh: Dr. Asep Dudi Suhardini, M.Ag (Wadek I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Unisba)

DI bawah langit yang luas, di hamparan bumi yang menjadi saksi peradaban manusia, berkali-kali kebenaran dihadirkan. Namun, berkali-kali pula ia didustakan. Seperti embun yang jatuh di atas batu panas, segera menguap, tak menyisakan jejak.

Al-Qur’an merekam sikap ini dalam bentuk kata kadzdzaba (mendustakan), sebuah tindakan yang tidak sekadar penolakan tetapi juga mengandung unsur penghinaan terhadap wahyu dan nilai-nilai kebenaran yang hakiki.

Allah berfirman: وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ

“Kecelakaan yang besar pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”(QS. Al-Mursalat: 15)

Ayat ini menegaskan bahwa mendustakan kebenaran bukan hanya sikap, melainkan dosa yang berujung pada kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat. Mendustakan adalah menutup mata hati dari tanda-tanda kebesaran Allah (ayat-ayat kauniyah), menolak risalah yang dibawa oleh para nabi, dan mengingkari hari kebangkitan. Semua itu adalah refleksi dari keberpalingan manusia terhadap fitrahnya yang sejatinya telah mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Mendustakan Tanda-tanda-Nya

Bukankah cakrawala yang terbentang adalah kitab yang tak tertulis, setiap hembusan angin adalah ayat yang berbicara, dan gemuruh lautan adalah firman yang menggelegar? Namun, manusia sering kali melaluinya dengan mata yang buta dan hati yang tak peduli. Mereka melihat langit berlapis-lapis, namun mengira ia hanya sebatas kebetulan. Mereka menyaksikan benih tumbuh dari tanah yang mati tetapi tak membaca hikmah di dalamnya.

Allah telah berfirman: وَكَأَيِّن مِّنْ ءَايَةٍۢ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

“Dan betapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi mereka berpaling darinya.” (QS. Yusuf: 105)

Di era kini, tanda-tanda Allah tak hanya ada di langit dan bumi tetapi juga dalam teknologi yang terus berkembang, dalam ilmu yang menyingkap rahasia alam. Namun, bukannya semakin dekat kepada-Nya, manusia justru semakin larut dalam ilusi kesombongan.

See also  Agama Profetik

سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَـٰتِىَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّۖ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍۢ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا

“Aku akan memalingkan dari ayat-ayat-Ku orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar. Jika mereka melihat semua tanda (kekuasaan Allah), mereka tidak beriman kepadanya.” (QS. Al-A’raf: 146)

Sikap ini tidak hanya monopoli kaum terdahulu. Di era modern, “kedustaan” mengambil berbagai bentuk baru. Sebagian manusia mendustakan nilai-nilai spiritual dengan mengagungkan rasionalitas yang kering dari dimensi transendental. Ayat-ayat Allah dalam alam semesta direduksi menjadi sekadar fenomena material tanpa makna ilahiah. Fenomena ini selaras dengan firman Allah:

وَيَعْلَمُونَ ظَـٰهِرًۭا مِّنَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَاۖ وَهُمْ عَنِ ٱلْـَٔاخِرَةِ هُمْ غَـٰفِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat.” (QS. Ar-Rum: 7)

Mendustakan Hari yang Dijanjikan

Mereka hidup seolah dunia ini abadi, seakan tidak ada hari ketika setiap amal ditimbang, setiap dusta terungkap, dan setiap penolakan berbuah penyesalan. Mereka berkata bahwa kehidupan hanyalah perjalanan yang berakhir di liang kubur, segala sesuatu terjadi karena hukum-hukum materi, bukan karena kehendak Ilahi.

“Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan dunia saja; kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Mereka sekali-kali tidak mempunyai ilmu tentang itu; mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jasiyah: 24)

Bukankah telah datang kepada mereka kisah kaum terdahulu? Yang mendustakan peringatan, yang menertawakan kebenaran, yang hidup dalam keangkuhan hingga datang suatu hari ketika penyesalan tak lagi berguna.

Allah mengingatkan:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَـٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلْكَرِيمِ۝ ٱلَّذِى خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ۝ فِىٓ أَىِّ صُورَةٍۢ مَّا شَآءَ رَكَّبَكَ۝ كَلَّآ بَلْ تُكَذِّبُونَ بِٱلدِّينِ

“Wahai manusia! Apa yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang? Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Sekali-kali jangan begitu! Bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.”(QS. Al-Infitar: 6-9)

See also  Mengungkap Rahasia dan Keutamaan Alquran Bagi Kemaslahatan Manusia (1)

Budaya hedonisme dan materialisme yang merajalela adalah wujud nyata dari pengingkaran terhadap adanya hisab dan balasan atas perbuatan. Ketika manusia hidup tanpa rasa takut akan hari akhir, mereka mudah tergelincir dalam kezaliman, eksploitasi, dan keserakahan.

Mereka yang diutus oleh langit datang dengan cahaya tetapi manusia menutup mata. Mereka datang dengan seruan tetapi manusia menyumbat telinga. Mereka membawa wahyu yang jernih, tetapi manusia menuduh mereka gila.

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ ٱلْمُرْسَلِينَ

“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.”(QS. Asy-Syu’ara: 105)

Dan kini, meski para rasul telah tiada, wahyu mereka tetap bersinar. Namun, banyak yang memilih hidup tanpa petunjuk, seolah dunia dapat berjalan tanpa arahan Ilahi. Hukum-hukum Tuhan dianggap penghalang, nilai-nilai agama dicampakkan, dan kebenaran dianggap usang.

Hari ketika gunung-gunung menjadi seperti kapas yang beterbangan, ketika lautan meluap dan langit terbelah. Hari ketika manusia bertanya dengan penuh ketakutan, “Kemana tempat berlari?”

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Tidak ada tuhan selain Allah,’ mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata, ‘Apakah kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair yang gila?”(QS. As-Saffat: 35-36)

Mendustakan Agama dan Nilai-nilainya

Dalam realitas kekinian, mendustakan agama juga terjadi melalui pengabaian terhadap nilai-nilai yang menjadi inti ajarannya, seperti keadilan, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama.

Allah memperingatkan:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3)

Apakah agama hanya sebatas ritual tanpa makna? Apakah ia hanya sebatas doa yang dilantunkan di ruang-ruang sepi, sementara ketidakadilan dibiarkan merajalela?

Allah telah berfirman:

“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mendorong memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampur-baurkan (yang halal dan haram).” (QS. Al-Fajr: 17-19)

See also  'Perdagangan' yang Sesungguhnya Menurut Perspektif Islam

Maka, mendustakan agama bukan hanya menolak eksistensinya secara verbal tetapi juga mengabaikan praksis sosial yang menjadi manifestasi keimanan.

Hari ini, agama sering kali menjadi simbol kosong, disebut-sebut dalam pidato tetapi dilupakan dalam perbuatan. Ia dijadikan alat bagi kepentingan pribadi bukan pegangan bagi hati yang tulus.

Siapakah mereka yang mendustakan? Mereka adalah kaum yang hatinya beku, yang hidup dalam kesombongan, yang menolak cahaya karena lebih nyaman dalam gelap. Mereka yang tertipu oleh dunia dan mengira bahwa harta, kuasa, dan gengsi adalah segalanya.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman.” (QS. Al-Baqarah: 6)

Mereka yang menolak peringatan kini, suatu hari akan berdiri dalam ketakutan di hadapan-Nya.

Ya Allah, jangan biarkan hati kami tertutup dari cahaya-Mu. Jangan biarkan kami menjadi bagian dari mereka yang mendustakan kebenaran, yang berpaling dari petunjuk-Mu. Bukakan mata kami untuk melihat tanda-tanda-Mu, lembutkan hati kami agar tak terjebak dalam kesombongan. Jangan biarkan kami menyesal saat penyesalan tak lagi berguna.

Ya Allah, Tuhan yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara, jauhkanlah hati kami dari penyakit kedustaan terhadap ayat-ayat-Mu. Limpahkanlah kepada kami cahaya petunjuk-Mu agar kami mampu membaca tanda-tanda kekuasaan-Mu dalam diri kami, di alam semesta, dan dalam Al-Qur’an yang mulia.

Bimbinglah kami agar menjadi hamba yang selalu membenarkan kebenaran, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, dan menjaga amanah-Mu sebagai khalifah di bumi. Jadikanlah kami orang-orang yang takut akan hari pembalasan sehingga setiap langkah kami menuju kebaikan dan setiap napas kami menjadi ibadah yang Engkau ridhai.(ADS)

Show More

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button