Dengarkan Nasihat Guru dan Dokter, Niscaya Akan Selamat
Drs. Abdurahman Rasna, MA (Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat, Pengasuh Ponpes di Banten)

JUDUL tersebut mengisyaratkan bahwa sebagai umat manusia kita harus mau mendengarkan nasihat dari seorang guru dan dokter. Semulia itukah sosok dua profesi ini?
Syekh Al-Zarnuji, pengarang kitab Ta’limul Muta’allim menguraikan banyak petuah atau nasihat yang penting dan indah dalam bentuk syair terkait cara-cara meraih kesuksesan belajar. Selain itu sekaligus mengandung nilai-nilai moralitas yang berbalut religiuitas yang kental untuk membentuk santri atau murid yang memiliki kesalehan ritual, intelektual, dan sosial sehingga terwujudlah pribadi yang cerdas, baik secara intelektual, spiritual, emosional maupun finansial.
Ada 2 bait syair yang dikutip dari kitab tersebut, yaitu:
- Hormati dan patuhi nasihat guru
اِنَّ الْمُعَلِّمَ وَالطَّبِيْبَ كِلَاهُمَا – لَا يَنْصَحَانِ اِذَا هُمَا لَمْ يُكْرَمَا
“Sesungguhnya guru dan dokter keduanya tidak akan memberikan nasihat jika keduanya tidak dimuliakan.”
فَاصْبِرْ لِدَائِكَ اِنْ جَفَوْتَ طَبِيْبَهَا – وَاقْنَعْ بِجَهْلِكَ اِنْ جَفَوْتَ مُعَلِّمَا
“Maka bersabarlah dengan penyakitmu jika engkau menentang (nasihat) dokternya, dan terimalah kebodohanmu jika engkau menentang (nasihat) guru.”
Syair yang saya kutip tersebut memiliki makna filosofis yang mendalam, yang menegaskan pentingnya menghargai dan mengikuti nasihat para ahli di bidangnya masing-masing.
Secara ringkas, maknanya adalah “Bersabarlah dengan penyakitmu jika kau mengabaikan dokternya! Jika Anda tidak menghormati atau mendengarkan nasihat dokter, kita harus menerima konsekuensi dari penyakit kita. Tidak ada gunanya mengeluh atau berharap sembuh jika Anda menolak bimbingan ahli.”
“Dan puaslah dengan ketidaktahuanmu jika kau mengabaikan gurunya.” Sama halnya dengan pengajaran, jika kita mengabaikan bimbingan guru atau tidak menghormatinya, kita harus menerima keadaan kita yang tetap bodoh atau tidak berilmu. Jangan berharap mendapat manfaat dari ilmu jika kita tidak menghargai sumbernya, yaitu guru.
Hubungan Guru dan Dokter
Untaian kalimat indah tersebut dikutip dari bait syair kitab Ta’limul Muta’allim, sebuah kitab klasik tentang etika menuntut ilmu. Bait tersebut menyamakan kedudukan seorang guru dan dokter. Keduanya tidak akan memberikan nasihat atau bantuan jika tidak dihormati atau dimuliakan. Pesan Utama dari bait Sya’ir tersebut adalah menghormati Para Ahli (dalam hal ini Dokter dan Guru). Penghargaan dan adab kepada seorang guru atau dokter adalah kunci untuk memperoleh manfaat dari ilmu atau pengobatan mereka.
Setiap tindakan memiliki akibat. Mengabaikan nasihat ahli akan membawa dampak negatif yang harus ditanggung sendiri.
Seorang penuntut ilmu harus memiliki adab dan tawadhu’ (kerendahan hati) agar ilmunya berkah dan bermanfaat.
- Enam Kunci Sukses Menuntut Ilmu
اَلَا لَا تَنَالُ الْعِلْمَ اِلَّا بِسِتَّةٍ – سَأُنْبِيْكَ عَن مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
“Ingatlah, tidak akan engkau mencapai (manisnya) ilmu kecuali dengan enam perkara,
Aku akan memberitahukannya kepadamu dengan penjelasan.”
ذَكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ – وَاِرْشَادِ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
“Kecerdasan, kesungguhan (antusias), sabar dan punya biaya, petunjuk guru. dan lamanya waktu.”
Untuk mendapatkan dan menikmati manisnya ilmu kita harus memiliki kecerdasan yang terasah, dibarengi secara antusias serta kesungguhan, sabar dan tangguh, biaya yang cukup, merespon nasihat dan saran serta petunjuk dari para guru. Dan yang tak kalah penting adalah memaksimalkan pemanfaatan waktu (efektifitas waktu) belajar, dan pendidikan berjenjang.
Memang tidak sama antara orang bodoh dengan orang yang berilmu.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ. (الزمر : ٩).
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ulul albab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran.(Quran Surat Azzumar ayat 9)
Makna ‘ulul albab pada Surah Az-Zumar ayat 9 tersebut adalah orang-orang yang berakal sehat dan berpikiran jernih, yang dapat menerima pelajaran dan mampu membedakan kebenaran dari kebatilan. Mereka adalah orang-orang yang berilmu dan beribadah secara konsisten, tidak hanya saat dalam kesulitan. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki akal sehat dan tidak mengetahui hal tersebut.
Orang yang berakal sehat
Istilah ini merujuk pada orang yang menggunakan akal mereka untuk memikirkan penciptaan alam semesta dan hal-hal lainnya, bukan sekadar orang yang berilmu secara umum.
Penerima Pelajaran
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa merenung dan mengambil pelajaran dari Al-Qur’an, fenomena alam, serta sejarah, seperti yang dijelaskan pada ayat tersebut.
Konsisten dan disiplin dalam Ibadah dan Ilmu
Mereka berbeda dengan orang yang hanya beribadah saat tertimpa musibah karena ‘ulul albab adalah orang yang berilmu dan senantiasa beribadah karena mengetahui konsekuensi dari perbuatan baik dan buruk.
Ketinggian martabat derajat seseorang karena memiliki ilmu yang didasari iman
يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات.
(المجادلة :١١)
“Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”.(Quran Surat Al Mujadalah ayat 11)
Allah Swt. berfirman untuk mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman seraya memerintahkan kepada mereka agar sebagian dari mereka bersikap baik kepada sebagian yang lain dalam majelis-majelis pertemuan.
Simpulannya, Ilmu yang manfaat akan diperoleh jika kita memiliki adab atau karakter yang baik karena karakter yang baik akan memuliakan seseorang yang berilmu.
Demikian episode kali ini. Terima kasih atas kerjasama dan perhatian Anda. Sampai jumpa di episode berikutnya…..Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.