Kemenag dan Unas Sinergi Kembangkan Ekopesantren
Menggali Khazanah Sains & Keagamaan dan Manajemen Organisasi
SALAMMADANI.COM (15/6/2022) – Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama menjalin sinergi dengan Pusat Pengkajian Islam (PPI) Universitas Nasional (Unas). Sinergi ini tertuang dalam nota kesepahaman tentang Program Ekopesantren yang ditandatangani Direktur PD Pontren Waryono Abdul Ghofur dan Kepala Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional Fachruddin Mangunjaya.
Hadir menyaksikan, Kepala Subdit Pendidikan Pesantren Basnang Said, Wakil Rektor Bidang Akademik Dr Suryono Effendi, serta perwakilan beberapa pondok pesantren di Jakarta.
Waryono Abdul Ghofur mengatakan, penandatanganan Nota Kesepahaman bertujuan untuk meningkatkan kegiatan penelitian, aksi lingkungan hidup dan penanggulangan perubahan iklim, serta menggali Khazanah Sains dan Keagamaan dan Manajemen Organisasi aksi kolektif lingkungan hidup khususnya di pondok pesantren.
“Nota kesepahaman ini meliputi kerja sama Bidang Program Ekopesantren, penyelenggaraan konferensi, seminar, pelatihan, symposium, atau workshop bersama di bidang keagamaan dan sains, serta kerja sama di bidang penulisan dan penerbitan,” jelasnya saat memberi sambutan pada launching Program Ekopesantren PPI UNAS di Auditorium Cyber Library UNAS Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Waryono berharap program Ekopesantren ini dapat mengisi celah antara ajaran Islam dengan praktik kehidupan sehari-hari. Misalnya, menjawab hal-hal sederhana seperti pola hidup yang bersih dan higienis yang pada gilirannya melahirkan aksi nyata yang selaras dengan alam.
“Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia mempunyai peran dan pengaruh sangat strategis untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku demi mewujudkan Islam yang membawa rahmat bagi alam dan manusia,” terangnya.
“Ini merupakan bagian dari upaya kita melaksanakan tugas hifdzul bi’ah, menjaga lingkungan. Kalau lingkungan tidak baik tentu akibat negatifnya akan kembali kepada kita sendiri,” terang Waryono.
Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Oleh karena itu, warga bangsa harus responsif terhadap setiap ancaman kerusakan lingkungan, terlebih saat ini semua negara rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Kepala Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional Fachruddin Mangunjaya menerangkan program EkoPesantren dikembangkan dengan tujuan khusus untuk meningkatkan kesadaran generasi muda muslim dalam mewujudkan Islam yang membawa rahmat bagi semesta sekaligus menjawab tantangan yang dihadapi dunia Islam pada saat ini yaitu perubahan iklim dan pencemaran lingkungan.
“Salah satu kegiatan program ini adalah melakukan tracking untuk EkoPesantren percontohan yang dilaksanakan di 50 pesantren di wilayah Sumatera dan Jawa,” ujar Fachruddin.
Dikatakan Fachrudin, sebuah penelitian menyebutkan bahwa 85% dari populasi masyarakat dunia terafiliasi pada tradisi agama, budaya, dan adat. Namun, keterlibatan komunitas agama belum menampakan peran yang begitu penting dalam menjawab tantangan ini.
“Kerjasama ini merupakan bagian dari tanggung jawab perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Bagian dari tugas kami adalah melakukan penelitian kemudian mendesimenasikan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat luas,” tutup Fachruddin.(ask/png)