Menguatkan Identitas Kota Bandung Melalui Branding Aktivitas Kreatif
SALAMMADANI.COM – Pada tahun 2014, Kota Bandung dinobatkan sebagai Kota Desain oleh UNESCO. Penghargaan ini merupakan hasil kontribusi besar dari para pelaku ekonomi kreatif dan pemerintah kota dalam membangun sinergi yang berkelanjutan. Hampir di setiap sudut Kota Bandung, karya desain yang menghiasi infrastruktur dan ruang publik dapat dengan mudah ditemukan.
Untuk mempertahankan citra tersebut serta menyebarluaskan aktivitas kreatif Kota Bandung ke audiens lokal dan internasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung menyelenggarakan diskusi kolaboratif Jum’at (27/9) di The Kamasan Coffee, Bandung, dengan tema “Aktivitas Kreatif yang Menguatkan Identitas Kota Bandung.” Diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian event di bawah sponsor Patrakomala Coffee Club.
Patrakomala adalah sebuah platform ekonomi kreatif berkelanjutan yang beroperasi di bawah radar Disbudpar Kota Bandung. Platform ini berfungsi sebagai ruang diskusi bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk meningkatkan kerja sama dan memperluas jangkauan pasar di berbagai subsektor.
Terkait dengan audiens yang dilibatkan, diskusi ini dihadiri oleh sekir 47 peserta yang terdiri atas pelaku ekonomi kreatif, akademisi, pengusaha UMKM, komunitas, serta perwakilan media. Selain itu, diskusi ini juga turut mengundang beberapa pembicara, diantaranya Satrya Graha Laksana (Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat), Dudi Sugandi (Pakar Media dan Fotografer), Imam Budi (Dosen Desain Komunikasi Visual), dan Ganjar Setya Pribadi (Ketua Tim Evaluasi Teknologi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung).
Diskusi dibuka oleh Satrya Graha Laksana, Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat, dengan mengajak para peserta untuk berbagi pandangan tentang citra yang melekat pada Bandung. Mulai dari “indah” hingga “macet,” beragam jawaban dilontarkan oleh para peserta, yang mana menunjukkan bahwa persepsi terhadap Bandung sangat beragam. Satrya juga menegaskan bahwa membangun branding kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga melibatkan semua elemen masyarakat.
Dalam sesi berikutnya, Dudi Sugandi, Pakar Media dan Fotografer, menjelaskan peran media dalam city branding. Ia menekankan bahwa media sosial menjadi alat penting dalam mempromosikan citra kota. Menurut Dudi, setiap warga memiliki potensi untuk menjadi duta kota melalui konten visual yang menonjolkan keindahan dan kreativitas Bandung. Dia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan narasi visual yang konsisten sehingga Bandung dapat memperkuat posisinya sebagai kota yang kreatif dan dinamis.
Imam Budi, Dosen Desain Komunikasi Visual, kemudian membahas isu krisis identitas visual yang dihadapi Bandung. Dia menjelaskan bahwa banyak warga yang tidak mengenali simbol atau ikon kota, yang seharusnya dapat merepresentasikan identitas Bandung. Kurangnya konsistensi dalam penggunaan elemen visual seperti logo, warna, dan tipografi di berbagai media dan ruang publik telah menyebabkan kebingungan mengenai ciri khas visual Bandung. Imam mendorong peningkatan edukasi visual kepada masyarakat agar mereka dapat lebih terhubung dan mendukung upaya branding kota.
Selanjutnya, Ganjar Setya Pribadi, Ketua Tim Evaluasi Teknologi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung, menjelaskan peran digitalisasi dalam mendukung pengembangan smart city. Dia mengungkapkan bahwa digitalisasi adalah pendorong utama yang memungkinkan Bandung untuk mengelola sumber daya kota dengan lebih efisien. Ganjar juga menekankan pentingnya partisipasi warga melalui program citizen journalism, di mana masyarakat dapat berbagi berita dan cerita positif tentang kota mereka. Melalui program ini, warga diharapkan dapat membantu membentuk citra kota yang lebih baik di mata publik.
Diskusi kemudian berfokus pada beberapa poin penting, termasuk krisis identitas visual, pengaruh media sosial, serta optimalisasi ruang publik sebagai tempat kegiatan kreatif. Narasumber sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku kreatif, dan masyarakat sangat penting untuk memperkuat branding Bandung sebagai Kota Desain. Mereka menyarankan agar taman-taman kota dapat dimanfaatkan sebagai ruang kreatif untuk berbagai kegiatan, termasuk pameran seni dan workshop.
Dalam diskusi ini, peserta juga mencatat perlunya dukungan pemerintah dalam menyediakan fasilitas yang memadai di ruang publik agar komunitas kreatif dapat beraktivitas dengan optimal. Pengelolaan ruang publik yang baik diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan seni dan budaya, yang pada gilirannya memperkuat citra Bandung sebagai pusat kreativitas.
Sebagai penutup, Satrya Graha Laksana mengajak semua pihak untuk terus mendukung dan berkontribusi terhadap pengembangan identitas kreatif Bandung. Dia menekankan bahwa upaya memperkuat citra kota tidak hanya terletak pada kebijakan pemerintah tetapi juga pada inisiatif dan kontribusi setiap warga kota. Satrya mengingatkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku ekonomi kreatif, dan masyarakat adalah kunci untuk menjaga dan memajukan identitas kreatif Bandung.
Diskusi ini diharapkan menjadi rekomendasi berharga bagi kebijakan pemerintah kota di masa mendatang serta inspirasi bagi pelaku ekonomi kreatif untuk terus berkarya. Dengan kebersamaan dan komitmen yang kuat, Bandung diharapkan dapat mempertahankan posisinya sebagai kota kreatif yang berdaya saing global, berbudaya, dan inovatif.(dimas/bnn)