
SECARA etimologis, kata “doa” memiliki arti seruan, sehingga berdoa dapat diartikan sebagai menyeru, memanggil, atau mengucapkan sesuatu. Sementara dalam pengertian istilah, doa adalah bentuk permohonan atau permintaan kepada Allah SWT, Sang Penguasa Alam Semesta. Doa dapat berupa permohonan ampunan, perlindungan dari bahaya, keselamatan hidup, ungkapan rasa syukur, permintaan rezeki yang halal, serta ketetapan iman dan Islam.
Menurut Imam At-Thaibi, doa merupakan wujud kepasrahan dan pengakuan atas kebutuhan manusia terhadap Allah SWT. Ibadah sejatinya dianjurkan sebagai bentuk kepatuhan dan ketundukan kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, doa mencerminkan ketergantungan dan kebergantungan seorang hamba kepada Allah.
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Doa adalah inti dari ibadah.” (HR. At-Tirmidzi, Juz 5:456). Hal ini menunjukkan bahwa doa bukan sekadar permintaan tetapi juga manifestasi penghambaan seorang manusia kepada Allah.
Setiap saat, orang beriman memerlukan kehadiran Allah dalam hidupnya. Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah (2:186):
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Selain itu, dalam QS. Qaf (50:16), Allah berfirman bahwa Dia lebih dekat kepada manusia dibandingkan urat lehernya. Ini menegaskan bahwa Allah senantiasa bersama hamba-Nya, selalu siap mendengar dan mengabulkan doa. Namun, untuk mendapatkan hak dikabulkannya doa, manusia terlebih dahulu harus menunaikan kewajibannya kepada Allah. Konsep ini tercermin dalam bacaan salat: “Na’budu” (kami beribadah) lebih dahulu sebelum “Nasta’in” (kami meminta pertolongan).
Membaca surat Al-Fatihah minimal 17 kali sehari dalam salat lima waktu juga menjadi bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Dalam surat ini, seorang mukmin memuji Allah, mengakui keesaan-Nya, dan memohon pertolongan-Nya. Al-Fatihah disebut sebagai Ummul Kitab karena mengandung inti ajaran Al-Qur’an, termasuk penguatan iman, doa, dan harapan. Setiap ayat yang dibaca akan dibalas oleh Allah dengan jawaban-Nya.

Abad Berdoa
Dalam berdoa, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan:
- Membersihkan hati, jiwa, dan raga sebagai tanda ketundukan kepada Allah.
- Memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah SAW.
- Menghadap kiblat jika memungkinkan dan berdoa dengan suara yang tidak terlalu keras maupun terlalu lirih.
- Berdoa dengan penuh rasa harap dan cemas, mencerminkan kesungguhan dan kepasrahan kepada Allah.
- Menghindari perbuatan syirik dalam doa.
- Memohon kepada Allah dengan Asmaul Husna, sesuai ajaran dalam QS. Al-Isra (17:110).
- Mengiringi doa dengan amal saleh, sebagaimana dalam QS. Fathir (35:10), yang menyatakan bahwa doa yang baik akan diangkat bersama amal saleh.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang ingin doanya dikabulkan sering kali memperkuat usahanya dengan berbagai kebaikan, seperti bersedekah, menolong sesama, dan menjaga keikhlasan dalam beribadah. Doa yang diiringi dengan usaha nyata dan sikap istiqamah akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah.
Sebagai contoh, jika seseorang ingin memiliki anak yang saleh atau sukses dunia akhirat maka segala usahanya harus diarahkan ke sana dengan penuh keteguhan hati. Doa yang efektif adalah doa yang sejalan dengan usaha dan ikhtiar.
Salah satu nama Allah dalam Asmaul Husna adalah Ash-Shamad, yang berarti tempat bergantung dan meminta perlindungan. Rasulullah SAW mengajarkan doa dengan menyebut nama Allah yang agung ini, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Maha Esa, tempat bergantung, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”
Rasulullah SAW bersabda bahwa doa dengan nama Allah yang agung akan dikabulkan dan permohonannya akan dijawab.
Mengajarkan salat kepada keluarga sering kali menjadi tantangan. Namun, Allah telah memberikan contoh melalui doa Nabi Ibrahim AS dalam QS. Ibrahim (14:40):
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang senantiasa menegakkan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
Doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an, seperti Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah 2:255), QS. Al-Ikhlas, QS. Al-Falaq, dan QS. An-Nas, juga menjadi bentuk perlindungan dan penguatan iman.
Sebagai simpulan, doa dan usaha harus berjalan beriringan. Seorang mukmin tidak cukup hanya berdoa tanpa usaha, sebagaimana seseorang yang ingin belajar berenang tidak akan bisa mahir jika hanya membaca buku tanpa pernah terjun ke air. Oleh karena itu, doa yang didukung dengan usaha yang sungguh-sungguh akan membawa keberkahan dan kemudahan dalam hidup.***