Opini

Menyelami Taqiyyan, Ghaniyyan, dan Khafiyyan  

Dr. Asep Dudi Suhardini, M.Ag (Wadek I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Unisba)

CINTA Allah adalah rahasia yang melingkupi semesta. Ia hadir dalam bisikan angin, dalam gerimis yang menyentuh lembut, dan dalam sinar mentari yang tak pernah lelah memberi. Cinta-Nya tak bertepi, seperti lautan yang menampung seluruh sungai tanpa memilih. Ia menyapa hamba-hamba-Nya dengan kasih yang melampaui batas akal, dengan rahmat yang merangkul seluruh jiwa.

Ketika manusia berjalan dalam keheningan malam, menengadah ke langit yang bertabur bintang, cinta-Nya memanggil lembut dalam keheningan itu. Ketika hati yang terluka berbisik dalam doa, cinta-Nya datang sebagai penawar yang menenangkan. Allah mencintai bukan karena rupa, bukan karena harta tetapi karena jiwa yang tulus, hati yang bertakwa, dan langkah yang tersembunyi dalam keikhlasan.

Ia mencintai hamba yang mendekat tanpa keramaian, yang berserah tanpa syarat, yang hanya berharap keridhaan-Nya. Cinta-Nya adalah cahaya yang menuntun, pelipur bagi hati yang rapuh, dan kekuatan bagi mereka yang lemah. Dalam cinta-Nya, setiap insan menemukan makna, setiap perjalanan menemukan tujuan.

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ. (أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ)*

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash , ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, yang merasa cukup, dan yang rajin beribadah secara diam-diam.” (HR. Muslim, Nomor 2965).

Taqiyyan  

Dalam keheningan malam, ada hamba yang sujud di lantai bumi, yang doanya berbisik tanpa suara, hanya antara dia dan Tuhannya. Ia tak dikenal, tak terpandang, namun di sisi Allah, ia dicintai lebih dari para penguasa yang diagungkan dunia. Ia adalah hamba yang bertakwa, yang hatinya senantiasa dipenuhi rasa takut dan cinta kepada Allah. Dalam setiap langkahnya, ia berjalan dengan penuh kehati-hatian, menjaga dirinya dari dosa, dan memantulkan cahaya iman dalam hidupnya. Firman Allah memahatkan kebenaran ini:

See also  Membincangkan Ideologi

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Ghaniyyan

Ia adalah hamba yang merasa cukup dengan apa yang Allah tetapkan. Kekayaan hatinya adalah kemerdekaan sejati, tak terperdaya oleh gemerlap dunia. Sebagaimana air yang menyejukkan dahaga, ia menerima pemberian Allah dengan syukur yang tak bertepi. Dalam keikhlasan itu, ia menemukan kebahagiaan yang tak bisa direnggut oleh kemewahan fana.

Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97).

Dr. Asep Dudi Suhardini, M.Ag (Wadek 1, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Unisba)

Khafiyyan  

Ia yang tersembunyi dalam kesunyian, mengangkat kedua tangannya, memohon tanpa terlihat, mengerjakan amal saleh tanpa gembar-gembor. Tak ada riya’ dalam geraknya, tak ada pujian yang ia kejar. Amal-amalnya hanya tertuju pada satu wajah, wajah Allah yang mulia. Firman-Nya mengingatkan kita:

وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍۢ فَلِأَنفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ ٱللَّهِ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍۢ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

“Dan apa saja kebaikan yang kamu nafkahkan, maka itu untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu nafkahkan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja kebaikan yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi balasan secara cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dirugikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 272).

Di tengah derasnya arus kehidupan modern, di mana manusia berlomba memperlihatkan pencapaian mereka, hamba ini berpegang teguh pada kesunyian. Ia menghindari tepuk tangan dunia, sebab ia tahu bahwa tepuk tangan itu fana, sedangkan cinta Allah abadi. Dalam dunia yang haus akan pengakuan, ia menemukan kemuliaan dalam ketidaktahuan orang lain tentang dirinya.

See also  Hati-hati, Utang BUMN Bisa Picu Krisis Lebih Besar

Betapa indahnya hidup seorang hamba yang takwa, merasa cukup, dan tersembunyi dalam ibadahnya. Ia adalah lentera di kegelapan dunia, ia adalah permata yang tersimpan di lautan yang dalam, dan ia adalah contoh bagi mereka yang mencari keridhaan Allah tanpa pamrih.

Untuk menjadi hamba yang takwa, merasa cukup, dan tersembunyi dalam ibadah, perjalanan itu adalah jalan sunyi tetapi penuh cahaya. Ia adalah pendakian ke puncak yang tak terlihat, di mana setiap langkah bukan tentang kemenangan di dunia, melainkan kedekatan dengan Allah.

Takwa adalah lentera pertama yang menerangi jalan ini. Ia bermula dari hati yang sadar bahwa setiap napas adalah karunia, setiap langkah adalah amanah. Takwa adalah rasa takut yang bercampur dengan cinta, seperti anak kecil yang takut mengecewakan orang tuanya. Ia memancar dari keikhlasan untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Firman Allah menjadi petunjuk di setiap persimpangan:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq [65]: 2-3).

Namun, takwa tidak lahir dari sekadar pengetahuan; ia tumbuh dari muhasabah, perenungan mendalam akan hakikat diri di hadapan Allah. Ia membutuhkan waktu, keteguhan hati, dan doa yang terus-menerus.

Kecukupan bukanlah perkara harta, melainkan hati yang lapang. Ia adalah seni menerima, bukan tentang apa yang kurang tetapi tentang menghargai apa yang ada. Hati yang cukup adalah hati yang bersyukur dalam kelimpahan dan bersabar dalam keterbatasan.

Rasulullah ﷺ mengingatkan:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan bukanlah dengan banyaknya harta tetapi kekayaan adalah hati yang merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim).

See also  Menelusuri Azab dan Musibah

Maka, untuk mencapai kecukupan, buanglah pandangan dari apa yang dimiliki orang lain, dan arahkanlah hati hanya kepada pemberian Allah. Ingatlah bahwa dunia hanyalah titipan sementara, dan rezeki tak pernah salah alamat.

Dan akhirnya, langkah menuju khafiyyah —menjadi hamba yang tersembunyi. Ibadah yang tersembunyi adalah ibadah yang murni. Dalam diam, amal itu berbicara. Dalam sunyi, doa itu menggema ke langit. Menjadi tersembunyi bukan berarti mengasingkan diri, melainkan menjaga agar amal tidak ternoda oleh pandangan manusia.

Jadilah seperti akar yang bekerja dalam gelap untuk menopang pohon yang menjulang, atau seperti embun yang datang tanpa suara, namun memberikan kesegaran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ … وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنفِقُ يَمِينُهُ…

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya… di antaranya adalah seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanannya…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Perjalanan ini adalah jalan panjang yang membutuhkan tekad, doa, dan kesabaran. Mulailah dengan langkah kecil: menata niat, memperbaiki amal, mengikhlaskan hati, dan merendahkan diri di hadapan Allah. Jika langkah terasa berat, ingatlah bahwa Allah mencintai mereka yang menempuh jalan ini, dan cinta-Nya adalah sebaik-baik tujuan.

Dalam diam kita mendekat, dalam syukur kita tenang, dan dalam ketulusan kita menemukan makna sejati kehidupan. Semoga Allah menuntun setiap langkah kita untuk menjadi hamba yang dicintai-Nya, hamba yang bertakwa, yang merasa cukup, dan yang tersembunyi.

Ya Allah, jadikan kami hamba-Mu yang bertakwa, yang cukup dengan karunia-Mu, dan tersembunyi dalam amal-amal kami. Hindarkan hati kami dari riya, dan penuhi jiwa kami dengan cinta hanya kepada-Mu. Tuntunlah kami di jalan-Mu yang lurus, hingga kami layak mendapatkan cinta-Mu.(ADS)

 

Show More

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button