Opini

Rukun dan Ruh Pesantren

Kelima, ukhuwah (persaudaraan). Kenapa ukhuwah-nya memakai kata jenis nakirah (umum)? Hal ini berarti tidak menyebut secara spesifik. Artinya, segala jenis ukhuwah terbangun di pesantren, seperti ukhuwah Islamiyah (keislaman), ukhuwah wathaniyah (kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (kemanusiaan).

Keenam, kemandirian. Ruh ini sangat menarik karena pesantren didirikan secara mandiri oleh Pak Kiai atau Ibu Nyai yang juga merangkap sebagai pengasuh. Santri dididik dari awal untuk melakukan hidup mandiri. Mereka dilatih untuk mencuci pakaian sendiri, belajar sendiri, lalu bagaimana bangun tidur dan persoalan ibadah salat. Selain itu, santri juga diberikan kebebasan terbatas untuk melatih kedisiplinan.

See also  Rakyat Dibayangi Pertanyaan: Mungkinkah Komunisme-PKI Bangkit Kembali?

Ketujuh, keseimbangan (tawazun) yaitu bagaimana para santri hidup di pesantren dijalani secara seimbang, baik itu persoalan ibadah, belajar, sosialiasi, dan lain-lain. Semua itu diajarkan oleh kiai. Inilah ruhul ma’had yang betul-betul ada dan dipraktikkan oleh dunia pesantren.

Tulisan ini merupakan intisari dialog dalam program “Pesantren di Radio” bersama Dr. H. Wayono Abdul Ghafur, M.Ag. (Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren) pada Selasa, 5 April 2022 M. / 3 Ramadhan 1443 H. yang disiarkan secara live Radio di Elshinta pada Ahad, 3 April 2022 pukul 16.00 – 17.00 WIB.*

Previous page 1 2 3
Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button