Opini

Jiwa-Jiwa yang Kembali

Dr. Asep Dudi Suhardini, M.Ag (Wadek 1 Fakultas Tarbiyah & Keguruan Unisba)

HIDUP ini ibarat perjalanan panjang di atas hamparan waktu. Sejak hembusan napas pertama, kaki kita sebenarnya sudah melangkah ke arah pulang — ke asal yang hakiki, ke rumah yang sejati. Di tengah gemuruh dunia, di balik tawa dan tangis, kita semua sejatinya hanyalah para musafir, meniti waktu, mendekat hari demi hari pada panggilan terakhir itu.

Allah mengingatkan:
فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلَّا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ
“Maka tidak adakah yang mereka tunggu-tunggu selain (kejadian) seperti hari-hari (azab) yang dialami orang-orang sebelum mereka? Katakanlah: ‘Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu bersama kalian.'”(QS. Yunus: 102)

Begitulah, sadar ataupun tidak, semua manusia tengah menunggu sesuatu yang pasti: hari saat semua cerita berakhir, saat langkah kita berhenti, dan jiwa kembali dipanggil.

Namun menunggu bukan berarti diam tanpa makna. Setiap tarikan napas adalah kesempatan memperindah diri, menulis amal di lembaran yang kelak akan dibuka. Setiap hari adalah ladang untuk mencintai dengan tulus, memperbaiki kesalahan, mengasah keikhlasan, dan menumbuhkan kebaikan.

Kepulangan itu pasti. Tapi bagaimana kita pulang — dengan tangan hampa atau penuh cahaya — itulah yang membedakan mereka yang hidup dalam sadar, dengan mereka yang lalai dalam perjalanan.

Maka hiduplah bukan sekadar menunggu tetapi bersiap, bersujud, dan bersyukur. Sebab hidup, pada hakikatnya, adalah undangan halus untuk mempersiapkan saat pulang tiba — dengan wajah berseri dan hati yang penuh kerinduan.

Sebelum datang waktu itu, Allah mengingatkan manusia tentang detik-detik yang kelak tak lagi dapat ditunda. Ia berfirman:

See also  Di Balik Ungkapan Keluarga 'Sakinah'

وَأَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ
“Dan belanjakanlah (di jalan Allah) dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu…” (QS. Al-Munāfiqūn: 10)

Dr. Asep Dudi Suhardini, M.Ag (Wadek 1 Fakultas Tarbiyah & Keguruan Unisba)

Sebelum kematian mendekap, sebelum detak terakhir berdentang, Tuhan memanggil kita untuk membelanjakan sebagian rezeki yang dipercayakan. Sebab kelak, ketika ruh ditarik dari raga, tangan tak lagi mampu membuka genggaman, dan setiap harta yang dahulu dipuja menjadi asing, tak bisa dibawa, tak mampu dibela.

Allah pun mengingatkan akan datangnya hari penuh hisab, hari yang tak ada lagi tempat berlindung, saat manusia berdiri sendiri di hadapan keadilan-Nya:

وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَهُمْ لَا يُنصَرُونَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab pada) suatu hari yang pada waktu itu seseorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun, dan tidak akan diterima tebusan darinya, dan tidak berguna syafaat, serta mereka tidak akan ditolong.” (QS. Al-Baqarah: 123)

Sebelum hari itu tiba, bertakwalah. Bersihkan jiwa sebelum ia dipanggil berdiri tanpa pembela. Tebarkan amal sebelum pertolongan menjadi mimpi yang tak teraih.

Tak hanya itu, Allah menyeru hati-hati yang beriman untuk khusyuk sebelum waktu mengunci rasa:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang telah turun, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelumnya, lalu masa mereka panjang, sehingga hati mereka menjadi keras…” (QS. Al-Hadid: 16)

See also  Menelusuri Solusi Masalah Hidup

Sebelum keras membatu, biarkan hati menjadi tanah yang lembut untuk benih-benih keimanan. Jangan biarkan waktu melumat kelembutan nurani hingga kepekaan pada kebenaran menjadi sunyi.

Dan bagi yang merasa jauh, Allah membuka pintu kembali, sebelum azab datang memutus semua jalan:

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.” (QS. Az-Zumar: 55)

Sebelum badai murka itu tiba, pulanglah. Buka pintu hati selebar-lebarnya, tundukkan kepala serendah-rendahnya, dan kembalilah bersujud, agar saat badai datang, kita sudah dalam dekapan kasih-Nya.

Sebab, mereka yang mengabaikan seruan ini akan menyesal dengan penyesalan yang sia-sia, sebagaimana diingatkan:

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: ‘Alangkah baiknya kalau dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.'” (QS. Al-Ahzab: 66)

Penyesalan itu pilu. Kata-kata yang terlambat tak bisa menghidupkan waktu yang mati. Keluh kesah itu hanya menggema di ruang kosong, tak menjangkau pengampunan.

Karena itu, sebelum semua pintu tertutup, Allah menyeru:

سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi…” (QS. Al-Hadid: 21)

See also  Tokoh Masyarakat Digandeng untuk Tingkatkan Kepedulian Kesehatan Jantung

Berlombalah. Bergegaslah. Bukan untuk dunia yang fana, tetapi untuk ampunan dan surga yang dipersiapkan, terbentang luas melebihi angan yang paling megah.

Sebelum datang saat itu, sebelum segalanya menjadi penyesalan, hidupilah waktu ini sebagai kesempatan terakhir, karena dalam hidup ini, sejatinya kita semua hanyalah penunggu yang sedang mempersiapkan kepulangan.

Ya Allah,
Engkaulah Pemilik hidup dan Pemilik waktu.
Setiap detikku adalah pinjaman dari-Mu,
setiap langkahku adalah perjalanan menuju-Mu.

Jangan biarkan aku lalai dalam perjalanan ini.
Jangan biarkan hatiku keras, mataku kering, telingaku tuli dari seruan-Mu.

Sebelum datang waktuku,
ajarkan aku untuk mencintai-Mu lebih dari segalanya,
mengingat-Mu lebih dari dunia dan isinya,
menangis dalam sepi yang hanya Engkau mendengarnya.

Ya Allah,
sebelum ruhku Engkau panggil,
ajarkan aku membelanjakan rezekiku di jalan-Mu,
menderma amal sebelum sesal tak berguna,
menyambut panggilan-Mu dengan jiwa yang bersih,
dengan hati yang khusyuk,
dengan amal yang diterima.

Ya Allah,
sebelum hari ketika muka dibolak-balik dalam neraka,
sucikan wajahku dengan sujud,
basahi lisanku dengan istighfar,
dan penuhi langkahku dengan ketaatan.

Jadikan aku pelari dalam lomba menuju ampunan-Mu,
bukan peragu yang tertinggal di jurang kelalaian.

Ya Allah,
bila kepulangan itu datang,
datangkan ia dalam saat aku rindu,
saat imanku bersinar,
saat amalanku menjadi saksi,
dan Engkau tersenyum menyambutku.

Ampunilah segala keterlambatan dan kebodohanku,
tutuplah aibku dengan rahmat-Mu,
dan jemputlah aku dalam keadaan paling Engkau cintai. (ADS)

Show More

Related Articles

Back to top button