Opini

Presiden Trump dan Mistifikasi Tragedi Los Angeles

Oleh: Muhammad E Fuady, S.Sos, M.Ikom (Dosen Fikom Unisba)

TULISAN ini sebenarnya tidak bermaksud memistifikasi sebuah situasi atau menghubungkan satu peristiwa dengan lainnya secara spekulatif. Namun, manusia sering kali memahami peristiwa besar dengan menafsirkan tanda-tanda yang ada di sekitarnya. Perspektif semacam ini tidak lepas dari preferensj mereka tentang realitas, misalnya agama, keyakinan, dan ideologi mereka. Kebakaran besar di Los Angeles pada 7 Januari lalu adalah salah satu contoh peristiwa yang memancing berbagai penafsiran mistis dan politis.

Mistifikasi, sebagaimana yang dijelaskan Rosyadi (2004) dalam Mistifikasi Politik Gus Dur, adalah upaya menutupi atau memutarbalikkan realitas sehingga permasalahan yang sebenarnya menjadi kabur. Dalam konteks bencana dan politik, mistifikasi kerap hadir dalam bentuk penafsiran yang menghubungkan bencana dengan perilaku politik atau moral tertentu.

Kebakaran besar di Los Angeles yang melahap area seluas 360 km²—setara dengan Gaza, Palestina—merupakan kebakaran terbesar dalam sejarah kota tersebut. Lebih dari 180 ribu penduduk dievakuasi, puluhan ribu bangunan hangus, dan kerugian material diperkirakan mencapai $150 miliar (sekira Rp2.400 triliun). Angin Santa Ana yang bertiup dari gurun dianggap sebagai pemicu utama kebakaran, namun bagi sebagian kalangan, fenomena alam ini tidak berdiri sendiri.

See also  Rakyat Dibayangi Pertanyaan: Mungkinkah Komunisme-PKI Bangkit Kembali?

Sekutu Israel

Amerika Serikat dikenal sebagai sekutu utama Israel yang mendukung agresi militer terhadap Palestina. Sejak Oktober 2023 hingga Januari 2025, AS telah memberikan bantuan militer lebih dari $22 miliar (sekira Rp356 triliun) kepada Israel. Dalam konteks ini, kebakaran Los Angeles yang menyebabkan kerugian enam kali lipat dari nilai bantuan tersebut dipandang oleh sebagian pihak sebagai “tulah.” Kebakaran itu diyakini sebagai bentuk peringatan Tuhan terhadap kesombongan pemerintah AS yang membiarkan tragedi kemanusiaan di Gaza.

Muhammad E Fuadi, S.Sos., M.Ikom (Dosen Fikom Unisba)

Pernyataan kontroversial mantan Presiden Trump yang mengancam akan menjadikan Gaza sebagai “neraka besar” jika Hamas tidak melepaskan sandera semakin memperkuat mistifikasi publik atas kebakaran Los Angeles. Sebagian masyarakat meyakini bahwa angin Santa Ana adalah alat Tuhan untuk membungkam kesombongan Trump. Dalam QS Al-Baqarah ayat 266 disebutkan: “Lalu, kebun itu ditiup angin kencang yang mengandung api sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan (-nya).”

See also  Kementerian Agama dan Proklamator Bung Hatta

Dalam QS Asy-Syura ayat 30 disebutkan: “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (kesalahan).” Ayat ini menegaskan bahwa manusia memiliki tanggung jawab besar atas apa yang terjadi di sekitarnya, termasuk bencana alam yang sering kali dipicu oleh ulah manusia.

Tragedi ini juga menimpa tokoh-tokoh yang pernah menyerukan kebencian terhadap Palestina. James Wood, aktor yang pernah menyerukan genosida, kini merasakan kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran tersebut. Meski tidak sebanding dengan penderitaan warga Gaza yang hidup di bawah blokade dan agresi militer.

See also  Rukun dan Ruh Pesantren

Sebagaimana pepatah lama mengatakan, “Mulutmu harimaumu.” Kesombongan yang dilontarkan Trump mengenai “neraka besar” di Gaza justru menjadi “neraka” bagi kotanya sendiri. Ini mengingatkan bahwa ketika telunjuk diarahkan ke orang lain, empat jari lainnya menunjuk ke diri sendiri. Alam seolah mengingatkan manusia betapa destruktifnya kesombongan yang mengancam kehidupan orang lain dan lingkungan sekitar.

Bagaimanapun, kebakaran di Los Angeles tetaplah sebuah tragedi. Amerika sebaiknya menghentikan bantuan kepada militer Israel dan alokasikan dana untuk warga sipil LA yang terdampak bencana. Alam dan kemanusiaan memiliki caranya sendiri untuk mengingatkan manusia bahwa kesombongan dan ketidakadilan tidak pernah membawa kebaikan.*

Show More

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button