Sarasehan Ilmiah Wakaf di Ponpes Baitul Hidayah: Menelusuri Inspirasi Wakaf dari Timur Tengah hingga Tanah Air
SALAMMADANI.COM — Ahad (23/11) pagi yang teduh menjadi momentum penuh keberkahan bagi Pondok Pesantren Baitul Hidayah. Pesantren ini resmi menjadi penyelenggara Sarasehan Ilmiah Wakaf bertema “Dari Aset ke Amal: Sinergi Wakaf dan Pesantren Menuju Kemandirian dan Inovasi.” Forum ilmiah tersebut menghadirkan dua figur berpengaruh dalam dunia pendidikan Islam dan kajian perwakafan: Prof. Dr. Mustofa Dasuki Kesba dari American University, Kairo, Mesir, serta K.H. Anang Rikza Masyhadi, Ph.D, Pimpinan Pondok Modern Tazakka, Batang, Jawa Tengah.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Pimpinan Ponpes Baitul Hidayah, KH Iwan Shofyan Andi, M.Si., yang menyatakan rasa syukur sekaligus kehormatan karena pesantrennya dipercaya menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ilmiah sarat nilai edukatif ini.
Selanjutnya, moderator Al-Ustadz Muhammad Sulthoni, Lc., M.Si., MA., P.hD, memperkenalkan rekam jejak kedua pemateri sebelum memasuki inti diskusi. Prof. Mustofa Dasuki Kesba membuka pemaparan dengan menjelaskan rukun dan aneka jenis wakaf, diperkaya kisah-kisah inspiratif dari para pewakif generasi terdahulu. Salah satu cerita yang paling menyentuh hati peserta adalah mengenai mahasiswa Al-Azhar yang menjalani hidup sederhana namun memiliki komitmen luar biasa, hingga mampu mewakafkan tanah, rel kereta api, bahkan stasiun—yang manfaatnya masih dirasakan umat hingga saat ini. Ia juga menyinggung wakaf monumental milik Utsman bin Affan yang hingga kini terus berkembang menjadi berbagai fasilitas umum dan unit usaha.
Materi berlanjut dengan pemaparan K.H. Anang Rikza Masyhadi, yang menjelaskan ragam wakaf melalui contoh nyata serta menelusuri jejak sejarah wakaf di Indonesia. Ia menekankan bahwa konsep wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan adaptasi dari tradisi wakaf Universitas Al-Azhar Kairo—suatu sistem yang terbukti efektif menekan biaya pendidikan sekaligus meningkatkan kemandirian lembaga. Model ini kini banyak diterapkan di berbagai pesantren, termasuk Baitul Hidayah.
Sarasehan ini memberikan wawasan mendalam bagi para peserta mengenai besarnya potensi wakaf sebagai sarana pemberdayaan umat. Harapannya, nilai-nilai dan inspirasi yang disampaikan para narasumber dapat memperluas pemahaman masyarakat serta mendorong tumbuhnya gerakan wakaf produktif yang manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya oleh umat Islam Indonesia, tetapi juga oleh masyarakat dunia. (askur/png)



