Mari Lebih Dekat Lagi Kepada Allah !
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pandemi Covid-19 melanda hampir ke seluruh dunia. Entah sudah berapa angka korban jiwa mapun terdampak virus ini. Walaupun kasat mata, virus ini mengakibatkan kepanikan sehingga warga dunia melalui pemerintahnya melakukan tindakan-tindakan sangat serius untuk menghindari wabah. Sebagai umat Islam, kita tentu menyadari bahwa Covid-19 merupakan musibah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya, Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 155-177 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah : 155)
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (Q.S. Al-Baqarah : 156)
أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ
“Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah: 157)
Berbagai macam ujian yang Allah berikan sebagaimana ayat 155 yaitu sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Al-Imam Al-Syaukani di dalam kitab tafsirnya Fathul Qadir menafsirkan bahwa tujuan Allah menguji kita adalah seberapa jauh kesabaran kita kepada Allah dalam menghadapi Qadha’ (ketetapan yang Allah putuskan). Dan beliau juga menyebutkan bahwa semua bentuk ujian sebagaimana ayat 155 ini adalah diberikan oleh Allah dengan kadar yang sedikit. Tapi biar bagaimanapun, sedikit dari Allah tentu sangat banyak bagi kita.
Ibnu Jarir Al-Thabari dan para mufasirin lainnya menafsirkan “sedkit ketakutan dan kelaparan” adalah takut kepada musuh dan kekeringan atau kemarau dahsyat. Untuk konteks saat ini “takut kepada musuh” maknanya bisa diperluas dengan takut kepada sesuatu yang dapat menyerang tubuh manusia dan berpotensi mematikan, layaknya musuh dalam perang. Saat ini manusia takut dengan Covid-19. Wallahu A’lam.
Efek dari takut (khawatir) kepada Covid-19 dapat menimbulkan tindakan pencegahan, baik dengan langkah taktis dan sistematis seperti menghentikan aktifitas berkumpul secara masif sampai dengan langkah yang paling dikhawatirkan, yaitu Lockdown. Kebijakan tersebut tentu berimbas terhadap perputaran roda ekonomi, terutama rakyat menengah kebawah. Dengan begitu ujian selanjutnya adalah “Naqsun minal amwal” (kekurangan harta).
Kebijakan Lockdown diberlakukan dengan tujuan menolak mafsadat sesuai dengan kaidah fiqh. Tentunya pemerintah mempunyai wewenang dan mengkaji dengan seksama ketika langkah ini harus dilaksanakan.
Terlepas dilaksanakan atau tidak, intinya Covid-19 berdampak serius, baik dari segi kesehatan jasmani maupun rohani. Ya, inilah ujian yang Allah berikan kepada umat Islam!
Tidak hanya anjuran untuk tidak berkumpul, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa yang garis besar isinya adalah anjuran untuk tidak menghadiri Shalat Jama’ah lima waktu dan tidak menghadiri Shalat Jum’at di masjid kemudian menggantinya dengan Shalat Zuhur di rumah masing-masing bagi daerah yang rawan tingkat penyebaran Covid-19.
Umat Islam di Indonesia. Khususnya di DKI Jakarta meyikapi fatwa MUI terkait Covid-19 ini secara beragam. Ada yang menyetujui dengan mutlak, ada yang tidak menyetujui dan bahkan ada sebagian kecil yang “nyiyir” sambil melontarkan tuduhan yang tidak semestinya. Terlepas dari sikap setuju atau kontra dengan fatwa tersebut, tentu MUI mempunyai wewenang dan tidak serampangan mengeluarkan fatwa. MUI merupakan lembaga resmi yang diakui negara dan berisikan para ulama pewaris para nabi yang tentunya ahli dalam bidang kegamaan, baik Fiqh dan Ushulnya, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Hadis dan Ilmu-ilmunya, Aqa’id, Tarikh dan cabang-cabang ilmu agama lainnya. Sekalipun tidak setuju dengan fatwa yang dikeluarkan MUI, paling tidak bersikap menghormati dan jangan “nyiyir”.
Bagaimana sikap umat Islam menghadapi musibah ?
Sebagaimana ujung ayat 155 Surat Al-Baqarah dan dilanjutkan dengan 156, kita bersabar dan mengakui dengan sepenuh hati bahwa segala musibah datangnya dari Allah dan kita mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Bersabar bukan berarti diam tanpa usaha. Bersabar adalah berusaha menghindari wabah dan bersabar atas efek dari wabah.
Selain ikhtiyar nyata untuk mendapakatkan penjagaan dari Allah dari Covid-19, ada beberapa do’a yang bisa dibaca dan diamalkan, diantaranya :
Membaca do’a berikut setiap pagi dan sore, berdasarkan Hadis Riwayat Tirmidzi :
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillahil Ladzii Laa Yadhurru ma’asmihii Syai’un Fil Ardhi Wa Laa Fis Samaa’i Wa Huwas Samii’ul ‘Aliim.
“Dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang dapat memberi mudharat baik di bumi mau pun di langit. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Menetahui.”
Membaca do’a yang diambil dari gabungan ayat 173 Ali Imran dan ayat 40 surat Al-Anfal, ditambah dengan lafadz hauqalah :
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلىٰ وَنِعْمَ النَّصِيْرُ وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Hasbunallahu Ni’mal Wakiil Ni’mal Maulaa Wa Ni’man Nashiir, Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaahil Aliyyil Azhiim.
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Dan tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Alah Yang Maha Tinggi Lagi Maha Agung.”
Do’a Nabi Yunus As ketika menghadapi kesulitan (QS. Al-Anbiya; 87) :
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa Ilaaha Illaa Anta Subhaanaka Innii Kuntu Minazh Zhaalimiin.
“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.
Doa dengan terlebih dahulu merendahkan diri di hadapan Allah dengan memuji-Nya agar Allah berbelas kasih kepada kita dan mennyingkirkan wabah :
تَحَصَّنَا بِذِى الْعزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعْتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلَى الْحَيِّ الَّذِى لاَ يَمُوْتُ اَلَّلهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا البَلاَءَ الْوَبَاءَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Tahasshannaa Bi Dzil ‘Izzati Wal Jabaruut, Wa’tashamnaa Bi Rabbil Malakuut, Wa Tawakkalnaa Alal Hayyil Ladzii Laa Yamuut, Ishrif Annal Bala’a Wal Waba’, Innaka ‘Alaa Kulli Syai’in Qadiir.
“Kami bentengi diri kami dengan pertolongan Dzat yang memiliki kemulian dan kekuasaan, dan kami berpegang teguh dengan dengan Penguasa jagat raya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, dan kami berserah diri kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tak akan mati. Jauhkanlah kami dari cobaan dan wabah. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Berdoa ketika menghadapi keburukan :
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ
A’uudzu Bikalimaatillaahit Taammati Min Syarri Maa Ajid.
:Aku berlindung kepadam-Mu Yaa Allah melalui kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dari segala keburukan yang aku hadapi.”
Doa-doa dan dzikir di atas adalah do’a yang diajarkan oleh guru kami Dr. KH. A. Lutfi Fathullah, MA, Direktur Pusat Kajian hadis. Dapat diakses dalam bentuk video melalui link berikut: http://warungustad.com/doa-mohon-kesembuhan-dari-covid-19/
Kita kaum muslimin haruslah mengambil hikmah dari pandemi Covid-19. Diantara hikmahnya adalah betapa besar kekuasaan dan kehendak Allah. Hanya dengan sesuatu yang sangat kecil saja manusia panik, takut dan sangat mengharap pertolongan-Nya.
Semoga kita semakin dekat kepada Allah dan selalu dalam lindungan-Nya, aamiin.
Wallahu A’lam